Pages

0

Anakku Kok Belum Bisa Bicara? Apakah Anakku Speech Delay?



Halo Ibu-Ibu.. sudah lama rasanya tidak menulis di blog ini. Kali ini saya ingin berbagi cerita mengenai anak perempuan saya, bernama Hilya. Cerita bermula ketika berusia 15 bulan, Hilya belum bisa mengucapkan kata apapun, bahkan untuk memanggil ayah dan ibunya saja belum bisa. Saya mulai khawatir, namun orang-orang sekitar selalu menenangkan dan tidak ambil pusing terhadap kemampuan bicara Hilya. Tapi, sebagai seorang ibu pasti memiliki feeling yang kuat terhadap keadaan anaknya dan ketika itu saya merasa ada yang tidak beres dengan Hilya sehingga saya harus cari tahu.

Ketika jadwal vaksin tiba, saya berkonsultasi dengan dokter mengenai kondisi Hilya. Lalu dokter menyarankan untuk konsultasi dengan dokter spesialis rehabilitasi medik kenalannya yang biasa menangani masalah serupa dengan Hilya. Keesokan harinya saya langsung menemui dokter tersebut. Konsultasi dimulai.. Hilya mulai discreening dengan diminta untuk menyebutkan benda-benda dan gambar-gambar yang ada di sekitar. Tidak ada yang bisa dijawab oleh Hilya πŸ˜‚ Saya juga ditanya berbagai macam pertanyaan, seperti :

·             πŸ‘±   Apakah sudah bisa memanggil mama papa?

        πŸ’¬ Belum

·              πŸ‘±  Apakah di rumah menggunakan 2 bahasa?

        πŸ’¬Tidak

   πŸ‘±  Apakah biasa menggunakan gadget?

        πŸ’¬Iya, kalau makan, karena Hilya termasuk anak yang sulit makan

   πŸ‘±  Apakah Hilya bisa memahami ketika di berikan instruksi?

      πŸ’¬Paham. Hilya mengerti perintah-perintah sederhana, seperti buang sampah, menutup pintu, dan lain-lain.

Setelah dokter mendengar jawaban saya, dokter belum bisa memberikan diagnosa apapun karena usianya yang masih terlalu kecil. Dokter hanya menyarankan untuk lebih sering mengajaknya bicara dan mengurangi penggunaan gadget, lalu dilihat perkembangannya sampai usia 2 tahun.

Waktu berlalu, usia Hilya menginjak 18 bulan. Belum ada perkembangan dari kondisi Hilya. Padahal menurut IDAI, “Dalam kurun waktu ini anak akan mengalami ledakan bahasa. Hampir setiap hari ia memiliki kosakata baru. Ia dapat membuat kalimat yang terdiri atas dua kata (mama mandi, naik sepeda) dan dapat mengikuti perintah dua langkah”. Jangankan dua kata, satu kata pun Hilya belum bisa. Melihat anak-anak seusianya mulai cerewet juga membuat saya semakin khawatir dan minder. “Ada apa dengan anak saya?” “Apakah anak saya speech delay?” “Atau ada kondisi lain yang membuat dia tidak mau berbicara sedikitpun?”…. Pertanyaan-pertanyaan tersebut berkecamuk di hati dan pikiran saya setiap hari.

Untuk sedikit menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, saya mencari tahu lebih lanjut mengenai speech delay pada anak. Akhirnya saya menemukan artikel mengenai Speech Delay pada anak di website Ibupedia (https://www.ibupedia.com/artikel/kesehatan/anak-terlambat-bicara-di-usianya-waspada-speech-delay). Jadi sebenarnya speech delay itu apa sih? Berdasarkan website Ibupedia, Speech Delay merupakan kondisi atau lebih tepatnya gangguan komunikasi yang menyebabkan anak kesulitan untuk bicara. Lalu bagaimana tanda-tandanya? Berikut beberapa poinnya :





(Sumber : https://www.ibupedia.com/infografis/tanda-speech-delay)

Dari poin-poin diatas, Hilya memenuhi beberapa kriteria tersebut. Saat itu, saya semakin yakin bahwa saya harus berkonsultasi lagi ke dokter tumbuh kembang untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Saya tidak bisa menunggu hingga usia 2 tahun, khawatir semakin lama menunda akan semakin terlambat penanganannya.

Ketika Hilya usia 19 bulan, saya datang ke klinik tumbuh kembang anak dan berkonsultasi dengan dokter spesialis tumbuh kembang anak. Dokter melalukan screening terhadap tumbuh kembang Hilya untuk memberikan diagnosa yang tepat. Pertanyaan-pertanyaannya kurang lebih sama seperti screening awal dengan dokter rehabilitasi medik sebelumnya, namun kali ini pertanyaannya lebih detail, seperti :

·         πŸ‘±  Apakah ada riwayat keluarga yang mengalami keterlambatan bicara?

    πŸ’¬Tidak

·         πŸ‘±  Apakah Hilya melewatkan tahapan merangkak sebelum berjalan?

    πŸ’¬Tidak, Hilya justru mengalami fase merangkak yang cukup lama

·         πŸ‘±  Apakah Hilya bisa menunjuk anggota badan, minimal yang ada di daerah kepala?

    πŸ’¬Belum

Setelah mendengar jawaban-jawaban dari saya, Hilya diminta untuk bermain puzzle, menyusun balok, dan lain-lain. Namun saat pertemuan tersebut, Hilya hanya diam, tidak responsif terhadap permainan yang diberikan. Setelah screening, dokter menjelaskan bahwa jika dilihat dari perkembangan bahasanya saat itu memang Hilya masih jauh dari standar usianya, jadi Hilya memang ada kecenderungan ke arah speech delayPenyebab speech delay sendiri sebenarnya bermacam-macam ya, Bu.. Namun pada kasusnya Hilya, kemungkinan besar penyebabnya adalah kurangnya stimulasi dan pengaruh pemberian gadget. 

Oleh karena itu, dokter menyarankan untuk terapi Sensori Integrasi untuk meningkatkan konsentrasi dan fokusnya terlebih dahulu, lalu nanti ketika usianya sudah 2 tahun bisa dilanjutkan dengan terapi wicara. Kenapa harus terapi sensori integrasi dulu? Karena nantinya saat terapi wicara anak akan duduk diam dan membutuhkan fokus yang cukup untuk dapat menerima informasi dengan baik. Semua jenis terapi yang diberikan disesuaikan dengan kondisi anak ya Bu, tidak semua anak akan mendapatkan jenis terapi yang sama.

Setelah sesi konsultasi selesai, saya terdiam, merasa sedih dan gagal sebagai seorang ibu. Feeling Ibu memang tidak pernah salah kalau soal anak. Dari awal merasa ada yang tidak beres dengan Hilya, merasa butuh bantuan dari seorang ahli, dan ternyata feeling tersebut benar. Disaat itu, orang-orang di sekitar tidak setuju jika Hilya harus menjalani terapi. Suami dan orang tua saya merasa Hilya baik-baik saja. “tenang aja, nanti juga kalau sudah waktunya pasti bisa ngomong sendiri. Gausah terlalu khawatir lah”. Kalimat itu yang selalu saya dengar dari orang-orang terdekat saya yang mengetahui kondisi Hilya. Tapi saya tetap pada pendirian saya untuk mengikuti saran dokter, tidak peduli omongan orang lain. Ini anak saya, saya yang tahu kondisinya dan saya harus bisa mengambil keputusan terbaik untuk anak saya. Selain itu, saat konsultasi tadi, dokter pun mengatakan bahwa apa yang saya lakukan sudah tepat, yaitu segera membawa Hilya konsultasi ke dokter tumbuh kembang ketika menyadari ada tanda-tanda anak terlambat bicara. Dokter juga mengatakan bahwa semakin cepat ditangani maka kesempatan menyusul ketertinggalannya akan semakin cepat juga.

Terapi Sensori Integrasi dimulai, Hilya cukup kooperatif dan responsif dengan permainan yang ada disana. Terapis juga sangat sabar mendampingi Hilya. Permainan di kelas Sensori Integrasi ini, seperti menaiki papan titian, melempar bola, naik turun tangga, memanjat tali, mengenal tekstur (dari biji-bijian, beras, slime, dan lainnya), memasukkan koin ke dalam celengan, meronce, dan masih banyak permainan lainnya yang dapat melatih konsentrasi, fokus, serta keseimbangan. Terapi ini dilakukan 2 kali seminggu dan diberikan PR yang bisa dilakukan di rumah untuk mempercepat progresnya.

Selain terapi di klinik, di rumah saya juga memaksimalkan untuk memberikan stimulasi yang tepat sesuai arahan terapis. Saya banyak berkomunikasi dengan Hilya, mengobrol tentang apapun. Menemani Hilya bermain puzzle hewan sambil mengidentifikasi nama-nama dan suaranya, atau mengajak bermain permainan lain, karena Hilya senang sekali bermain. Dia bisa cepat menangkap informasi justru dari bermain. 

Dua bulan setelah rutin terapi Sensori Integrasi ini, banyak sekali perkembangan Hilya yang saya rasakan. Hilya sudah bisa mengeluarkan beberapa kata yang sederhana seperti :

·            πŸ‘§ Nyenye = nenen/menyusu

·            πŸ‘§Emam = makan

·            πŸ‘§Aba = panggilan untuk ayah

·            πŸ‘§Mimi = minum

Selain itu, Hilya juga sudah bisa menunjuk beberapa anggota tubuh, memasang puzzle dengan posisi yang tepat, dan bisa lebih lama fokus pada satu permainan. Ini awalan yang baik bagi saya, saya merasa senang karena saya membuat keputusan yang tepat untuk Hilya.

Di usia 22 bulan, Dokter melakukan observasi kembali. Menurut beliau, perkembangannya cukup bagus, dan saat itu Hilya bisa mencoba untuk terapi wicara walaupun usianya belum genap 2 tahun.  Namun perlu dilihat, apakah benar-benar sudah bisa mengikuti terapi tersebut atau belum. Jika dicoba satu kali dan belum bisa, maka tidak perlu dilanjutkan dulu dan kembali ke terapi sensori integrasi saja, jika bisa mengikuti, silahkan dilanjutkan terapi wicara dan terapi sensori integrasi. Ternyata di pertemuan pertama, Hilya bisa mengikuti terapi wicara dengan baik sehingga bisa terus dilanjutkan secara rutin.

Sampai saat ini usia Hilya sudah 26 bulan (2 tahun 2 bulan) masih rutin terapi. Banyak perkembangan yang saya rasakan. Kosa kata Hilya semakin banyak meski artikulasinya belum jelas, pemahamannya juga semakin luas. Walaupun belum mencapai standar kemampuan bahasa yang sesuai usianya, tapi saya percaya suatu saat Hilya bisa lancar berbicara seperti anak-anak yang lain. Semua bisa tercapai tidak hanya karena terapinya ya, tapi peran orang tua dan orang-orang yang ada di rumah juga penting, karena terapi hanya 2 kali seminggu dan sisa waktu anak dihabiskan di rumah bersama orang tua. Selain usaha, doa juga selalu saya panjatkan agar Hilya tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahapan usianya, agar bisa berbicara dengan lancar sehingga bisa mempermudah ia berkomunikasi dengan orang lain.

Buat Ibu-ibu yang merasa anaknya menunjukkan tanda-tanda yang mengarah ke speech delay, bisa segera konsultasikan dengan dokter ya. Tidak perlu merasa malu, tidak perlu merasa takut, dan tidak perlu mendengarkan kata orang yang tidak tahu persis tentang anak kita. Kita cukup mengenali anak kita sebaik-baiknya, peka dengan tanda-tanda yang diberikan anak, dan cari ilmu sebanyak-banyaknya, salah satunya bisa dengan mengunjungi website Ibupedia di www.ibupedia.com karena disana banyak sekali artikel mengenai parenting. Semoga tulisan tentang pengalaman saya ini bisa bermanfaat untuk ibu-ibu yang mungkin sedang memiliki kegelisahan yang sama. Sampai jumpa di cerita-cerita lainnya 😊

 

 



0

ISTIQOMAH

Yaaa… JODOH.. Hanya Allah yang memiliki hak untuk mengetahui rahasia besar itu.
Bagi kita, mungkin dia, mungkin kamu, atau mungkin orang yang belum pernah kita temui hingga saat ini adalah jodoh kita. Huallahualam. Iri melihat teman yang begitu bahagia dengan pasangan mereka? Tentu saja. Manusiawi bukan? Hanya saja sikap tersebut menjadi tidak manusiawi ketika dibarengi dengan ambisi yang terlalu kuat untuk menyamai posisi dengan mereka.
Aku.. seorang akhwat yang masih jauh dari kata solehah yang menjadi impian para ikhwan soleh. Begitu banyak salah, dosa dan khilaf yang aku lakukan dan mengotori sedikit demi sedikit kesucian hati yang telah diberikan olehNya. Betapa hinanya aku dihadapan Sang Pencipta. Allah, ampuni segala dosa dan khilafku.
Cukup, ukh! Kamu itu bisa istiqomah. Kamu dilahirkan dari keluarga yang begitu taat dengan Sang Pencipta. Biarkanlah jutaan godaan itu menghampirimu. Tetaplah jalan di bumi Allah dengan segala ketaatan yang kamu miliki.

Mereka yang menyakitimu, yang menggodamu adalah cobaan sekaligus teguran dari Allah atas segala yang kamu perbuat. Mereka tidak salah. Hanya kamu yang masih goyah dari ke-istiqomah-an mu. Mulailah berubah. Mulailah menapaki anak tangga kehidupan yang lebih baik.Allah Maha Penolong. Ia  pasti akan menolong hambaNya yang mengalami kesulitan. Karena dibalik kesulitan pasti ada kemudahan.
0

Some Memories Never Fade


Hey kamuu.. Yaa kamu yang ada disana.. Kamu yang namanya selalu terperangkap dalam pikiranku. Sudah lama ya kita tak bersua? Bagaimana kabarmu disana? Sudahkah bahagia tanpa diriku? Sudahkah menemukan kebahagiaan yang lain dengan pujaan hatimu?

Tak pernah terdengar kabarmu tentangmu, entah ada angin apa, hari ini kamu datang, menghadirkan segelintir kenangan yang dulu sempat terukir indah oleh kisah kita. Menyedihkan. Karena apa? Karena kamu hadir dengan segelintir kenangan itu sembari menorehkan sejuta luka dihatiku. Namun tenanglaah… Aku tak pernah merasa perlu untuk balas dendam. Aku hanya perlu mendoakanmu untuk bisa menjalani kehidupan yang lebih baik setelah tak bersamaku.

Terlalu banyak harapan yang kau lontarkan hanya untuk sekedar menghiburku. Sayangnyaa.. aku sudah sangat mengerti bagaimana kamu. Karena kita bukan anak umur 5 tahun yang baru saling mengenal.

Jika kamu datang disaat kamu membutuhkanku, insyaallah, aku dengan segala keterbatasanku akan ada untukmu, tanpa meminta sebaliknya. Aku juga tau kamu terlalu cinta dengan duniamu. Sehingga tak sepantasnya aku mengharapkan sedikit waktumu untukku.


Untukmu yang telah bahagia disana…. Semoga Allah selalu bersamamu, melindungimu, menjagamu, hingga kau temukan seseorang yang dapat menjagamu dan membuatmu kuat untuk menerjang level kehidupan selanjutnya J
0

ALLAH is my only HOPE


Masih percaya dengan harapan yang diberikan oleh makhluk-makhluk Allah?
Sebaiknya tidak... Karena apa? tidak sedikit manusia yang memberikan harapan, namun tanpa sadar justru menyakitkan saudaranya yang lain.
Tentu saja kita tidak mau terus menerus kecewa dengan harapan-harapan itu kan? ALLAH! satu-satunya yang tidak pernah memberikan harapan kosong apalagi harapan palsu. Dia hanya menguji kesabaran kita untuk menantikan realisasi harapan yang telah Dia berikan.

"ALLAH is my only HOPE"
Tanamkan dalam hati. Berdoa untuk selalu istiqomah.
0

COME ON GIRL!


Air mata ini terlalu berharga hanya untuk mengikuti emosiku. Aku wanita kuat. Aku bukanlah wanita cengeng dan rapuh. Sadarlah bahwa aku adalah anak pertama yang sangat diandalkan oleh kedua orangtuaku.
Ini bukan saatnya untuk bersembunyi di belakang orangtua. Inilah saatnya aku maju ke depan menggantikan kedua orangtuaku sekedar untuk menggantikan mereka yang telah sekian lama menuntunku di depan. Setiap masalah yang datang bukanlah untuk ditangisi. Tapi untuk dihadapi tanpa mengeluh pada orangtua. COME ON GIRL!!!! Aku bisa menghadapi ini semua. AKu pasti bisa. Allah itu tak pernah memberikan cobaan diuar kemampuan kita. 
0

YOU’LL BE SUCCESS IF YOU CREATE YOUR SUCCESS!


YOU’LL BE SUCCESS IF YOU CREATE YOUR SUCCESS!
Yaaaa, kamu akan sukses kalau kamu mau untuk menciptakan kesuksesanmu. SUKSES. Sebuah jargon angkatan 2012. Satu kata tersebut  juga merupakan tujuan akhir dari kehidupanku. Sukses di ranah keilmuan, dan sukses dalam menjalankan perintah Allah SWT.
Namun apa yang telah ku usahakan untuk mendapatkan kesuksesan tersebut. Satu demi satu anak tangga kehidupan telah ku lewati. Bukan hal mudah untuk melewati setiap anak tangga yang kelihatannya amat sanagt mudah dilewati. Dibutuhkan usaha keras, peluh, air mata, dan senyuman J
Ini merupakan salah satu anak tangga tersulit yang ku capai. Air mata dan peluh sudah pasti telah terkuras. Sakit dan lelah pun sudah pasti kurasakan di setiap ku coba untuk menapaki anak tangga ini.
Bahagia. Perasaan itu yang kurasakan ketika ku berhasil menapaki anak tangga ini. Namun tidak seperti yang dibayangkan. Tantangan pada level ini benar-benar berat. Tuntutan kedua orangtua akan prestasi akademikku, otakku, fisikku, organisasi. Semua seakan menunjukkan ketidak selarasan yang membuatku terkadang labil dalam menghadapi masalah ini.
Namun, mulai saat ini, detik ini, jam ini, hari ini, dan seterusnya aku akan melakukan perubahan. Perubahan yang membuatku lebih mudah untuk menapaki satu demi satu anak tangga sampai pada akhirnya aku sampai di puncak anak tangga kesuksesan.
CHANGE!!! NOW or NEVER!!!!!!!
0

MABIM ooooh~ MABIM


Assalamualaikum readers, pusing ya liat tulisannya? Maaf yah, buat variasi aja kok biar ga bosen hehee :D Alhamdulillah aku masih dikasih waktu untuk sedikit bercerita pengalaman yang baru saja ku lewati... yeeaaaahhh cekidot :D

Hari ini, hari kamis pertamaku setelah mabim usai. Malam hari ini aku sedikit refresh otakku untuk sementara waktu dengn membuat tulisan ini. Aku membuat tulisan ini sebagai draft, dan entah kapan aku akan post tulisan ini dalam blog tercintaku.
Masih teringat ketika PSAF selesai dengn segala euphoria yang ada didalamnya. Ketika itu kami (maba FKM UI) benar- benar merasa udara kebebasan yang akan segera kami rasakan. Namun ternyataaaa…………..*jengjeng* masih ada MABIM.  Mabim adalah masa bimbingan yang ternyata didalamnya terdapat banyak tugas. Tugas yang ketika aku mendapatkannya seakan tak sanggup aku terima dan kerjakan. Mulai dari tandatangan warga FKM sampai resume-resume disetiap kegiatan yang kami lakukan selama mabim. Awalnya memang benar saja kalau tugas mabim itu berat. Dimulai dari bukunya aja udah ribet meeeeeeeeeeennnn… Bayangin aja, buku mabim angkatan kami berbentuk awan dengan 121 lembar. Kalau tanganku bisa teriak, pasti dia udah teriak kesakitan karena menggunting 121 lembar kertas dengan bentuk awan. Itu baru tugas pertama lohh.. Tugas-tugas yang lain ga kalah beratnya dari tugas pertama tadi. *tariknafas* “okey, gue pasti bisa lewatin ini semua” ucapku dalam hati. Oh iya, di setiap minggu, tepatnya pada hari jumat, ada evaluasi mabim. Di hari itu tugas-tugas kami diperiksa hingga sedetail mungkin *salut buat kakak pemeriksa* (y). Nah, ritual anak-anak FKM UI 2012 selama mabim adalah begadang di setiap malam jumat, agak horror sih tapi memang itu kenyataannya. Mungkin karena tugas kuliah yang udah banyak dan bertumpuk-tumpuk, jadi kami semua menjadi DEADLINERS untuk tugas mabim. Hahahaaaaa~ entah kenapa, selalu ketawa kalau inget masa-masa itu.
Fix. Aku ga akan ngejelasin panjang lebar tentang evaluasi-evaluasi selama sebulan kemarin. Yang jelas, di setiap evaluasi ada esensi-esensi yang ngena di hati *menurut gue*. Nah, setelah evaluasi mabim ke-4, kami mengikuti simulasi aksi yang diadakan panitia OKK. Acara itu bener-bener tak terduga deh. Bayangin aja, aku datang ke kampus dengan pakaian rapi + atribut (karena mabim belum resmi selesai), eeeeeeh pulang dengan penampilan yang basah kuyup. Kenapa bisa basah kuyup? Simple. Waktu simulasi aksi, panitia nyewa pemadam kebakaran dan kami disiram dengan air dari pemadam kebakaran tersebut. Dalam simulasi aksi kemarin, aku jadi border lohh, percaya ga percaya tapi emang bener kalo aku jadi border. Dan kalian tau? Sampai rumah dan selama dua hari tanganku sakit karena jadi border. Hahahaaa~
Dan setelah mabim ini, selama seminggu kami benar-benar merasakan segarnya udara kebebasan. Tanpa tugas dan tanpa atribut. Tapi perjuangan belum selesai. Masih ada magang (masih gantung magang dimana), dan tribute. Namun aku sadar dan yakin bahwa perjuangan yang sebenarnya adalah perjuangan kami bertahan hidup dengan kehidupan kampus yang “kejam”.
“PERJUANGAN MASIH PANJANG, KAWAN! SELURUH RANGKAIAN OKK HANYALAH GAMBARAN KECIL KEHIDUPAN KITA DI KAMPUS. SETELAH OKK, SAAT ITULAH WAKTUNYA KITA MELAKUKAN PEMBUKTIAN BAHWA KITA PANTAS UNTUK TETAP BERTAHAN DAN BERSAING SECARA SEHAT DI KAMPUS SELAMA 4 TAHUN KE DEPAN!”
Back to Top